Mahal, adalah sebuah kata untuk menggambarkan ketidaksesuaian antara harga dengan kualitas/kuantitas suatu barang, ada nilai lebih yang mesti ditanggung pembeli untuk mendapatkannya. Dalam penerapannya terkadang orang suka menggunakan kata mahal untuk menggambarkan ketidak harmonisan antara harga dengan kondisi statusisasi kantong mereka. Dalam kasus ini ukurannya tentunya adalah ukuran normatif. Pada dasarnya kata ‘mahal’ bisa ditematkan dalam koridor yang sesungguhnya dengan cara membandingkan dengan barang yang sama namun di lokasi berbeda atau waktu yang lain. Contohnya, harga kambing ukuran sedang biasanya Rp 1,2 juta per ekor, saat mau lebaran haji, harganya mahal karena menjadi Rp. 2 juta. Rokok Samsu di minimarket Rp. 13.200 sebungkus, sedangkan di warung madur? dan warung lainnya harganya Rp. 12.000,-; harga di minimarket mahal.
Okeeh, mahal memang sebuah kata yang tidak disukai hampir semua orang, namun adakah yang menjual si ‘mahal’ itu? Cekidot… :ngakaks
Kartun Pikiran Rakyat, 14 Juli 2013
PERI dan ACIL – Karya : Nada dan Ali
Chenchen jual mahal… :ngakaks
Tak & Dut – Karya : Aan Iskandar
“Inilah jawaban kenapa Naruto tidak puasa….” :ngakaks
YAYAT CEKING – Karya : Rond & A’doen
“Beginilah seharusnya aksi bobotoh Persib..” :iloveindonesias
JOKIS & NAIS – Karya : R. Amdani & Kipod
“Perbedaan model helm” :batas
Mutiara Kata |
“Mereka yang berbahagia bukanlah mereka yang hidup tanpa masalah, tapi mereka? yang terampil mengelola setiap masalah menjadi penuh hikmah”
~ nn ~
|
Posted in: Pikiran Rakyat
Tagged with: aan iskandar, bobotoh, helm, jokis & nais, jual mahal, nada dan ali, naruto, peri dan acil, persib, puasa, R. Amdani & Kipod, Rond & A'doen, tak & dut, yayat ceking